Memaknai Keistimewaan Peristiwa Nuzulul Qur’an

By adminbj

Di antara peristiwa teragung dan istimewa yang berlangsung di bulan Ramadan adalah peristiwa Nuzulul Qur’an. Yaitu peristiwa diturunkannya Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW sebagai wahyu utama.

Peristiwa ini bahkan tegas diungkapkan oleh Al-Qur’an mengiringi paket rangkaian ayat-ayat puasa. Bila kita baca paket rangkaian ayat puasa ini, kita temukan dari ayat 183 – 187 di surah Al Baqarah, surah kedua dalam urutan Mushaf Al-Qur’an. Maka penegasan tentang terjadinya Nuzulul Qur’an ini bisa kita temukan di ayat pertengahannya, yaitu ayat 185.

Ramadan, khususnya saat kita masuk ke tanggal 17, Sebagian ulama memberikan penjelas bahwa ini di antara momentum awal diturunkannya Al Quran dari Lauhul Mahfuz ke langit dunia. Dari langit dunia baru ditebarkan kepada perjalanan masyarakat Islam di era Nabi Muhammad SAW.

Turunnya Al-Qur’an dari Lauhul Mahfuz ke langit dunia yang diketahui oleh semua bagian penduduk langit itulah yang disebut dengan Nuzulul Qur’an. Peristiwa tersebut memberikan gambaran besar, yang terdapat di dalamnya kemuliaan di satu malam yaitu Lailatul Qadar.

Sedangkan turunnya kepada Nabi Muhammad SAW sesuai dengan peristiwa-peristiwa dan kebutuhan masyarakat pada saat itu. Sehingga menjadi kurikulum bagi kita sampai dengan saat ini. Diberikan oleh Allah SWT, dalam durasi waktu yang sesuai dengan perjalanan dakwah Nabi Muhammad SAW, kurang lebih 22 tahun beliau berkehidupan menjalani masa dakwah sebagai utusan Allah SWT.

Proses turunnya Al-Qur’an ke bumi secara bertahap atau berangsur, berbeda dengan kitab-kitab samawi lainnya. Hal ini menunjukkan keagungan dan kemukjizatan Al-Quran seperti firman Allah SWT yang artinya;

“Dan Al Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.” (Q.S. Al Isra: 17/106).

Sejarah Nuzulul Qur’an

Nuzulul Qur’an adalah peristiwa diturunkannya wahyu Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara Malaikat Jibril AS secara berangsur-angsur, sewaktu Nabi Muhammad SAW berusia 40 tahun.

Saat itu, Nabi Muhammad SAW sedang berkhalwat di Gua Hira. Beliau mengasingkan diri dan berdo’a di sebuah gua yang terletak di gunung Jabal Nur, sekitar 6 km sebelah utara kota Makkah. Ukuran Gua Hira tidak luas dan tidak lebar. Kurang lebih ukuran panjangnya 2 m, lebar 1,3 m, serta tinggi 1,5 m saja.

Di Gua Hira inilah Nabi Muhammad Saw menerima wahyu pertama Surah Al-Alaq ayat 1-5. Meski masih ada perbedaan pendapat di kalangan ulama terkait hari pertama turunnya Al-Qur’an, secara umum 17 Ramadhan diperingati sebagai hari Nuzulul Qur’an di Indonesia.

Sejarah Nuzulul Qur’an diperingati pada malam 17 Ramadhan, merujuk pada penjelasan surah Al-Anfal ayat 41:

“Jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) pada hari Furqan, yaitu pada hari bertemunya dua pasukan.” (QS. Al Anfal [8]:41).

Ayat tersebut menjelaskan peristiwa Nuzulul Qur’an terjadi pada Hari Furqan, yaitu hari kemenangan umat Islam atas Perang Badar. Perang ini terjadi pada Jumat, 17 Ramadhan 2 H.
Namun ada juga yang tidak sependapat. Beberapa ulama menyebutkan bahwa peristiwa Nuzulul Qur’an jatuh pada tanggal 18 atau 19 Ramadhan. Di antara perbedaan yang ada, semua ulama sepakat bahwasanya Al Qur’an pertama kali turun di Gua Hira, pada bulan suci Ramadhan.

Fungsi Al Qur’an Bagi Umat Manusia

Disampaikan dalam kajian Ustaz Adi Hidayat berjudul “Rahasia dan Keistimewaan Nuzulul Qur’an”, Al-Qur’an diturunkan bukan sekadar menjadi kitab bacaan untuk kita tilawahi, kita baca, kemudian kita lantunkan dalam keseharian. Tujuan utama Al Quran diturunkan adalah sebagai pedoman berkehidupan untuk seluruh manusia tanpa kecuali.

Al Qur’an menjelaskan tentang kurikulum kehidupan secara utuh. Bagaimana kita terlahir, untuk apa kita berkehidupan, bagaimana perkembangan tumbuh kita dari kecil sampai dengan dewasa, bahkan hingga penjelasan tentang di mana manusia dikumpulkan setelah kebangkitan. Hingga pada puncaknya adalah penghisaban dan penentuan, apakah mendapatkan rahmat Allah yang disebut dengan surga, ataukah bertempat di tempat hukuman yang kita kenal dengan neraka.

Al Qur’an bukan sekadar mukjizat. Al-Qur’an adalah Manhaj. Al-qur’an adalah pedoman yang mengeluarkan kita dari segala macam kesulitan hidup. Al Qur’an menjadi cahaya yang mengiringi
kita pada kemudahan dan kenyamanan dalam berkehidupan.

Itulah sebabnya Al-Qur’an diturunkan Allah SWT di komunitas yang begitu dalam tingkat kriminalitasnya. Semua ragam keburukan nyaris sempurna dilakukan pada komunitas dimaksud, sehingga disebutlah masyarakat ini dengan nama jahiliyah. Perampokan, perzinaan, mabuk, pembunuhan, tipu-menipu, pembegalan, komplit terjadi di lingkup masyarakat tersebut.

Lantas apa yang terjadi? Allah SWT tidak mengembalikan tongkatnya Musa AS kepada Nabi Muhammad SAW, atau menitipkan mukjizatnya Nabi Isa AS pada Mabi Muhammad SAW, tetapi
Allah mengirimkan satu pedoman tata cara berkehidupan yang elegan, yang ideal, sehingga mampu merubah tatanan masyarakat yang berada di titik nadir keburukan menjadi contoh teladan pada masyarakat terbaik yang pernah hidup di muka bumi.

Dari jahiliyah berubah menjadi Khoirul Ummah. Diturunkan Al Qur’an, menjadikan hati yang
keras dan kasar menjadi lembut dan begitu baik. Pencuri berubah menjadi orang yang sangat dihormati. Orang yang rakus berubah menjadi orang yang begitu dermawan. Orang-orang pecundang berubah menjadi pemenang. Orang-orang pemukul berubah menjadi perangkul.

Begitulah keindahan dan keistimewaan Al Qur’an. Bahkan Al-Qur’an menjadi saksi untuk kita, pemberat mizan kita, dan menjadi syafaat bagi orang-orang yang mau mencintai, mendekat, berinteraksi dan mengamalkan kandungannya.

Al Qur’an yang terdiri dari 30 juz, 114 surat 30, 6236 ayat, dan kurang lebih 52.000 kosakata bukan sekedar kalimat-kalimat yang dibacakan. Apabila kita membacanya sepenuh hati, insya Allah akan mengantarkan kita pada kedamaian dan ketentraman.

Membaca Al Qur’an sesungguhnya adalah gerbang untuk mendalami makna. Kita membaca untuk
tahu isinya. Al Qur’an dari Al Fatihah sampai dengan An Nas adalah kurikulum kehidupan. Tidak hanya berlaku di era Nabi, tapi juga di era-era setelahnya, sampai kita kembali kepada Allah SWT.

Itulah sebabnya kemajuan Islam hanya bisa dicapai ketika umatnya mampu dekat memahami dan mau mengamalkan isi Al Qur’an. Silakan kita bisa cek bagaimana Islam bisa berkembang sampai dengan ke Afrika, sampai dengan ke Eropa di Andalusia, bahkan sampai dengan ke Nusantara.

Datang tanpa ada peperangan, dengan penuh kedamaian dan memberikan satu perubahan
pada kehidupan masyarakat di tatanan Nusantara. Semua berkeadilan sosial. Yang tadinya didapati ada kasta-kasta, tingkatan-tingkatan dalam berkehidupan masyarakat, sungkan untuk bergaul satu
dengan yang lainnya karena ada sekat dan batas-batas, Islam datang memberikan sifat berkeadilan sosial untuk semua.

Islam datang mengajarkan Berketuhanan Yang Maha Esa. Islam datang memanusiakan manusia, sehingga konsepnya datang dengan keadilan dan penuh dengan keadaban.

Islam datang menyatukan, sehingga persatuan itu dirasakan begitu baik. Islam datang dengan suasana kerakyatan yang begitu baik, yang dipimpin oleh hikmat yang melahirkan kebijaksanaan, yang bermusyawarah dalam setiap persoalan dan mewakilkan persoalan kepada pakar-pakar di bidangnya, sehingga terjadi keadilan sosial bagi seluruh masyarakat. Itulah fungsi Al-Qur’an.

Keistimewaan Nuzulul Qur’an

Hikmah, keutamaan, kemuliaan dan keistimewaan peringatan Nuzulul Qur’an menurut Muhammad Husain Haikal yang disebutkan pada laman Kemenag Sulawesi Utara, adalah sebagai berikut :

  • Umat Islam memahami sejarah dan peristiwa turunnya Al-Qur’an.
  • Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
  • Sebagai edukasi mendekatkan diri kepada Al-Qur’an, lebih mencintai, memahami dan mengamalkan Al-Qur’an.
  • Meningkatkan minat dan motivasi membaca dan mengamalkan isi kandungan Al-Qur’an.
  • Sebagai syiar Islam dan mendakwakan Al-Qur’an.
  • Peringatan Nuzulul Qur’an adalah sarana efektif menjaga kemurnian dan kesucian Al-Qur’an.

Pada peringatan Nuzulul Quran 1445 Hijriah ini, saatnya untuk merenung kembali. Saatnya untuk berinteraksi dengan serius dan mengamalkan isi Al Qur’an. Semoga Allah SWT menjadikan kita bagian dari ahli Al Quran yang diterangi di dunia, diberikan cahaya di alam kubur dan mendapat syafaat saat di akhirat. Aamiin ya Rabbal alamin.

Referensi:

  • Hikmah Peringatan Nuzulul Qur’an – https://sulut.kemenag.go.id/berita/510932/Hikmah-Peringatan-Nuzulul-Qur%60an—Syiar-Ramadhan-ke-16-1444-H
  • Kajian Ustaz Adi Hidayat – https://youtu.be/nVM6-X8oOXw?si=Akmi8VqyBBnRJ0ad

Leave a Comment