Selasa, 8 April 2025 – Ramadan telah berlalu, Syawal pun menjelang. Saatnya kita kembali pada fitrah—jiwa yang bersih dan hati yang lapang.
Dalam semangat menyambut kemenangan ini, Keluarga Besar Sekolah Islam Bintang Juara menyelenggarakan kegiatan Halalbihalal pada Selasa, 8 April 2025. Acara ini menjadi momen bermakna untuk memperkuat ukhuwah, memelihara tradisi silaturahim, serta mengenang keteladanan yang menginspirasi.
Daftar Isi
- 1 Tilawah yang Menyejukkan Hati
- 2 Pesan Bermakna dari Bunda Vivi Psikolog dan Eyang Esmi
- 3 Penampilan Rebana dan Nuansa Penuh Syukur
- 4 Tausiyah Ustaz Dian Kamaluddin: Kembali ke Fitrah yang Hakiki
- 5 Halalbihalal: Warisan Khas Indonesia
- 6 Tiga Kunci Silaturahim: JATI, JAMU, KENDI
- 7 Penutup: Salam dan Maaf yang Menyatukan
Tilawah yang Menyejukkan Hati
Kegiatan dibuka dengan lantunan tilawah Al-Qur’an yang indah oleh Ustaz Rizky, dilanjutkan saritilawah oleh Ustaz Ayik. Suara yang merdu dan makna yang dalam mengajak hadirin untuk merenung dan memaknai kembali perjalanan spiritual selama Ramadan.
Pesan Bermakna dari Bunda Vivi Psikolog dan Eyang Esmi
Bunda Vivi Psikolog menyampaikan pesan reflektif tentang pentingnya menjaga kesucian hati setelah Ramadan, serta bagaimana menjaga kekompakan dan semangat pelayanan di lingkungan sekolah.
Sementara itu, Eyang Esmi membagikan kenangan penuh hikmah tentang almarhum Eyang Shodiq, tokoh yang menjadi inspirasi bagi Sekolah Islam Bintang Juara. Salah satu warisan keteladanan beliau adalah komitmennya pada shalat.
Dalam cerita yang disampaikan, meski sedang memimpin rapat penting dengan pihak asing sekalipun, ketika azan berkumandang, beliau tidak ragu meninggalkan forum untuk segera menunaikan salat. Teladan yang menunjukkan bahwa tanggung jawab dunia tidak boleh menggeser panggilan dari Allah.
Penampilan Rebana dan Nuansa Penuh Syukur
Suasana hangat dan meriah semakin terasa dengan penampilan rebana dari para PTK Sekolah Islam Bintang Juara yang diwakili oleh Pak Arif, Pak Sholekan, Pak Rizky, dan Miss Anis. Iringan rebana dan lagu-lagu islami yang dibawakan membawa semangat Syawal dan rasa syukur yang mendalam.
Tausiyah Ustaz Dian Kamaluddin: Kembali ke Fitrah yang Hakiki
Tausiyah yang disampaikan oleh Ustaz Dian Kamaluddin mengajak hadirin untuk merenungi makna Idulfitri bukan hanya sebagai tradisi, tapi sebagai momentum spiritual untuk kembali kepada Allah.
“Al-Qur’an adalah way of life kita. Nabi meninggalkan dua warisan yang akan menyelamatkan umatnya: Al-Qur’an dan sunnah,” ungkap beliau.
Ustaz Dian juga mengutip sabda Nabi, “Ihfadzillah yahfadzka” — Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Pesan ini relevan untuk menguatkan semangat istiqamah dalam menjaga ibadah, bahkan ketika Ramadan telah usai.
Beliau menjelaskan bahwa fitri bukan sekadar suci dari dosa, tetapi juga kembali kepada fitrah manusia: menjadi hamba Allah (‘abdurrahman), bukan hamba hawa nafsu. Di bulan Ramadan, amal terasa ringan karena setan dibelenggu. Namun ujian sebenarnya adalah saat Syawal tiba—di mana konsistensi ibadah diuji tanpa “pengaman” dari Ramadan.
Halalbihalal: Warisan Khas Indonesia
Ustaz Dian juga mengangkat sejarah Halalbihalal, tradisi khas Indonesia yang tak ditemukan di negara muslim lain. Istilah ini muncul saat Presiden Soekarno mendapat masukan dari seorang kiai sebagai solusi meredam konflik politik kabinet. Maka diselenggarakanlah “halal bi halal”—sebuah cara untuk saling memaafkan dan melembutkan hati melalui pertemuan penuh cinta.
Silaturahim bisa dilakukan dengan berbagai cara: melalui video call, pesan singkat, atau yang paling afdhol: bertemu langsung—silatuwajhi dan silatuilmi. Menjaga kefitrian setelah Ramadan hanya mungkin bila kita mengikatnya dengan niat lillahita’ala.
Tiga Kunci Silaturahim: JATI, JAMU, KENDI
Tausiyah ditutup dengan pengingat sederhana namun mendalam:
- JATI – Jaga Hati
- JAMU – Jaga Mulut
- KENDI – Kendalikan Diri
Penutup: Salam dan Maaf yang Menyatukan
Acara diakhiri dengan musafahah—saling bersalaman dan bermaafan. Terlihat senyum yang merekah, air mata haru yang jatuh, dan pelukan hangat di antara rekan sejawat. Semoga semangat fitri ini terus membekas dalam hati, menumbuhkan cinta, menyuburkan ukhuwah, dan memperkuat langkah bersama dalam melayani umat dan mendidik generasi.
Taqabbalallahu minna wa minkum, shiyamana wa shiyamakum.
Minal ‘Aidin wal Faizin—semoga kita benar-benar kembali sebagai insan yang fitri dan meraih kemenangan sejati.*** (CM – MRT)