Libur semester dua telah usai, semangat baru pun kembali berkobar. Mengawali Tahun Pelajaran 2025–2026, seluruh pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) Sekolah Islam Bintang Juara memulai langkah awal dengan kegiatan Rapat Kerja (Raker) dan Upgrading. Rangkaian ini dibuka dengan sesi In-House Training (IHT) bertajuk SOP Berdampak, yang digelar pada Senin, 30 Juni 2025 di ruang kelas 2B dan 3B SD Islam Bintang Juara.
Menghadirkan narasumber inspiratif, Ibu Dyah Indah Noviyani, S.Psi., M.Psi., Psikolog—atau yang akrab disapa Bunda Vivi Psikolog—kegiatan ini menjadi momentum menyegarkan kembali visi misi pendidik dalam menciptakan lingkungan belajar yang bermakna dan berdampak. Beliau juga menjabat sebagai Ketua Yayasan Dewi Sartika Semarang yang menaungi PAUD – SD Islam Bintang Juara.
Daftar Isi
Dibuka dengan Spirit Keilmuan dan Keimanan
Acara dimulai dengan pembacaan Asmaul Husna dan doa pagi yang dipimpin oleh Ustaz Zakki Akmal Al Hafiz. Suasana makin syahdu saat Ustaz Ahmad Solekan membacakan Surah Al-Mujadalah ayat 11, yang kemudian disarikan oleh Ustaz Rizky Andriyanto. Ayat ini mengandung pesan kuat tentang adab dalam majelis ilmu, kelapangan hati, serta keutamaan menuntut ilmu—sejalan dengan semangat kegiatan hari itu.
Sesi dilanjutkan dengan perkenalan guru-guru baru dari unit PAUD maupun SD, mempererat silaturahmi dan menyambut keluarga baru dalam lingkungan Bintang Juara.
Lebih dari Sekadar Bekerja: Menemukan Makna dalam Peran
Dalam penyampaiannya yang komunikatif dan mengena, Bunda Vivi Psikolog mengajak seluruh PTK untuk merefleksikan ulang niat dalam bekerja. “Bukan sekadar bekerja, tapi mencari hikmah,” ucapnya.
Beliau menekankan bahwa menjadi pendidik bukan hanya soal rutinitas, tapi sebuah panggilan jiwa. Tempat kita hari ini adalah takdir dari Allah, dan pasti ada pesan serta ilmu yang ingin Dia ajarkan. Oleh karena itu, perlu ada perpindahan dari growth mindset ke constructive mindset—dari sekadar ingin bertumbuh menjadi pribadi yang benar-benar memberi dampak.
Apa Itu Pribadi Berdampak?
Melalui diskusi interaktif, para peserta diminta untuk mendefinisikan “pribadi berdampak” menurut pandangan masing-masing. Jawaban yang muncul beragam: mulai dari seseorang yang menginspirasi, memberikan manfaat, hingga membawa perubahan positif.
Bunda Vivi Psikolog kemudian merangkum bahwa pribadi berdampak adalah sosok yang memberikan pengaruh positif konstruktif kepada lingkungan sekitarnya, dilandasi oleh nilai keimanan, ilmu, cinta, dan kasih sayang. Bukan berarti harus sempurna, melainkan terus berproses dan mampu memperbaiki diri saat salah.
Menjadi pribadi berdampak juga berarti mampu menetapkan batasan dengan kasih sayang, tidak hanya menyemai kebaikan tapi juga memberikan arah yang tegas namun penuh cinta.
Empat Ciri Pribadi Berdampak
Bunda Vivi Psikolog mencontohkan sosok Rasulullah SAW sebagai pribadi berdampak sejati dan menjabarkan empat cirinya:
- Kesadaran dan pemahaman diri – Memulai hari dengan afirmasi positif: doa, dzikir, atau menulis kalimat baik.
- Konsisten dalam nilai dan tindakan – Sejalan dengan sifat fathonah dan shiddiq Rasulullah; cerdas (berlandaskan keimanan dan keilmuan), jujur, benar, dan teguh pada prinsip.
- Peka terhadap kebutuhan sekitar – Mampu membaca situasi dan memberikan yang terbaik, seperti sifat amanah Nabi.
- Memberi solusi, bukan memperumit masalah – Menyampaikan fakta dengan empati dan kepedulian (tabligh), bukan asal bicara.
Dari Pribadi Berdampak ke SOP Berdampak
Ketika setiap PTK sudah mampu menjadi pribadi berdampak, diharapkan mereka akan mampu menghasilkan SOP berdampak. Yaitu SOP yang mampu membuat siswa tumbuh rasa peduli, SOP yang tidak sekadar menyuruh siswa, tapi mampu memberikan makna.
Sesi dilanjutkan dengan praktik langsung menyusun SOP Berdampak untuk berbagai aktivitas di sekolah—dari menyambut siswa, mendampingi toilet training, hingga proses penjemputan.
Bunda Vivi menekankan bahwa SOP yang baik bukan hanya soal teknis, tetapi sarana untuk menghadirkan nilai dan makna dalam proses pendidikan. Misalnya, alih-alih berkata “Jangan lari-lari!”, pendidik bisa menyampaikan, “Kak, berjalan saja ya, agar aman.”
Ayah Bunda dan Ibu Bapak Guru juga bisa membaca artikel Lima Kontinum Pijakan untuk mendapat inspirasi lain tentang cara berkomunikasi dengan anak ataupun siswa didik.
Presentasi antar kelompok pun berlangsung seru. Setiap hasil diskusi ditanggapi langsung oleh Bunda Vivi Psikolog dengan masukan konstruktif agar kalimat SOP menjadi lebih reflektif dan edukatif. Ia mengingatkan bahwa SOP bukan sekadar prosedur, melainkan sarana untuk membentuk karakter anak sebagai Calon Pemimpin Muslim Masa Depan.
Ruang Tumbuh untuk Jiwa yang Tangguh
Kegiatan IHT kali ini bukan hanya ruang peningkatan kapasitas profesional, melainkan juga ruang pertumbuhan jiwa. Diharapkan setiap PTK Sekolah Islam Bintang Juara dapat terus menumbuhkan kesadaran, memperkuat nilai spiritualitas, dan membangun SOP yang bermakna—sehingga setiap interaksi bersama siswa menjadi jejak kebaikan yang terus mengalir.*** (CM – MRT)