Sejarah Perjalanan Mulia: Isra’ Mi’raj Rasulullah SAW

By adminbj

Kisah Isra’ Mi’raj berlangsung pada malam 27 Rajab. Beberapa ulama menyatakan peristiwa istimewa ini terjadi pada tahun 10 / 11 kenabian.

Saat itu adalah tahun kesedihan, Rasulullah SAW tengah mengalami kedukaan yang beruntun. Saat itu Rasulullah Muhammad SAW baru saja kehilangan Khadijah, istri tercinta, dan paman beliau, Abu Thalib. Kedua sosok ini selalu mendukung perjuangan beliau.

Pada saat Rasulullah SAW merasa sangat sedih, Allah SWT memberikan hadiah luar biasa kepada beliau: perjalanan Isra’ dan Mi’raj. Sebelum melakukan perjalanan tersebut, terjadi pembelahan dada Nabi Muhammad SAW oleh malaikat Jibril.

Ini adalah peristiwa kedua pembelahan dada Nabi Muhammad SAW oleh Jibril, dimana yang pertama terjadi ketika Nabi Muhammad SAW masih kecil dan tinggal bersama Halimah Tusadiyah. Adapun pembelahan dada ini adalah untuk mempersiapkan Nabi Muhammad sebelum dibawa melihat sesuatu yang luar biasa.

Berlangsungnya Isra’

Malaikat Jibril datang dengan Buraq. Allah memerintahkan Jibril untuk menjemput Rasulullah SAW. Rasulullah menaiki Buraq, dan perjalanan Isra’ dimulai.

MasyaAllah.. luar biasa bukan kuasanya Allah SWT? Tanpa kuasa Allah, tak mungkin Nabi Muhammad SAW mampu menempuh perjalanan dari Masjidil Haram yang berada di Mekah menuju Masjidil Aqsha yang terletak di Palestina.

Jarak Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa sekitar 1.500 km. Jika berjalan kaki, dibutuhkan waktu sekitar 40 hari! Jika berkendara dengan mobil, waktu yang dibutuhkan kurang lebih 15 jam!

Namun atas kuasa Allah SWT, Rasulullah melakukan perjalanan tersebut hanya dalam waktu satu malam. Perjalanan Rasulullah ke Masjidil Aqsha ini disebutkan dalam Al-Quran, pada Surah Al-Isra ayat:1.

Sesampainya di Masjid Al Aqsha, Rasulullah SAW menambatkan Buraq-nya kemudian beliau melakukan salat dua rakaat dan menjadi imam dimana makmumnya adalah para nabi dan malaikat-malaikat Allah SWT.

Perjalanan Mi’raj

Kemudian, setelahnya, bersama malaikat Jibril, Nabi Muhammad SAW diajak naik ke langit. Lapis demi lapis langit beliau lalui. Dari lapis pertama hingga lapis langit ketujuh.

Dalam perjalanan ini, Nabi Muhammad bertemu dengan sosok-sosok istimewa. Pada setiap lapisannya, Rasulullah SAW bertemu dengan para nabi terdahulu.

Di langit pertama, Nabi Muhammad SAW bertemu dengan laki-laki berbadan tinggi mencapai 60 siku ke langit (sekitar 27 meter). Saat menoleh ke kanan laki-laki itu tersenyum, namun saat melihat ke sebelah kiri ia menangis.

Sosok tersebut adalah Nabi Adam AS yang merupakan manusia dan nabi pertama. Saat ia melihat ke sebelah kanan ia melihat keturunannya yang masuk surga sementara saat ia melihat ke sebelah kiri ia melihat keturunannya yang masuk neraka. Karena itu ia tersenyum dan menangis.

Perjalanan Rasulullah berlanjut ke langit kedua, di sana beliau bertemu dengan Nabi Yahya AS dan Nabi Isa AS. Di sana Nabi Muhammad SAW disapa “Selamat datang wahai saudaraku yang saleh.”

Di langit ketiga, Nabi Muhammad SAW bertemu dengan Nabi Yusuf AS. Di sana Nabi Muhammad SAW mengatakan bahwa benar ia telah diwarisi setengah kegagahan dunia.

Menginjak langit keempat, Nabi Muhammad SAW bertemu dengan nabi yang pertama kali menulis menggunakan pena dan menjahit pakaian. Beliau adalah Nabi Idris AS. “Selamat datang saudaraku, nabi yang saleh,” sambut Nabi Idris pada Rasulullah SAW.

Rasulullah SAW terus melanjutkan perjalanannya ke langit kelima. Di sana beliau bertemu Nabi Harun AS. “Selamat bertemu wahai Nabi yang saleh dan saudaraku yang saleh.” sambut Nabi Harun AS.

Di langit keenam Nabi Muhammad disambut oleh Nabi Musa AS. “Selamat bertemu wahai nabi saleh dan saudaraku yang saleh.” sambut Nabi Musa.

Pada lapis langit yang ketujuh, Nabi Muhammad SAW bertemu dengan laki-laki tua yang sedang bersandar di Baitul Ma’mur. Baitul Ma’mur yakni tempat tawaf para malaikat yang setiap harinya dimasuki oleh tujuh puluh ribu malaikat. Sosok itu adalah Nabi Ibrahim AS.

Rasulullah SAW Menerima Perintah Shalat

Setelah tujuh lapis langit dilalui, sampailah Nabi Muhammad dan Jibril ke Sidratul Muntaha.
Dalam Surah An-Najm ayat 13-15), disebutkan tentang Rasulullah melihat Sidratul Muntaha.

Di Sidratul Muntaha, Jibril berhenti dan menyampaikan bahwa ia diizinkan untuk mengantar sampai di tempat tersebut. Rasulullah melanjutkan perjalanan seorang diri.

Naiklah Nabi Muhammad ke Sidratul Muntaha yang keindahannya tak bisa digambarkan. Sidratul Muntaha adalah tempat di atas langit ke-7 dan di dekatnya ada surga tempat tinggal. Nabi Muhammad tak lepas pandangannya dan terkagum-kagum dengan kebesaran Allah SWT.

Kemudian di sanalah cahaya Allah SWT memenuhi Sidratul Muntaha hingga menjadi sangat indah dan tidak tergambarkan. Allah berbicara pada Nabi Muhammad SAW tanpa perantara yang memerintahkan tentang kewajiban salat.

Awalnya Allah SWT memerintahkan umat Nabi Muhammad melaksanakan 50 waktu salat. Ketika Nabi SAW baru turun sampai di langit keenam bertemulah dengan Nabi Musa beliau menanyakan, “Apa yang telah dikatakan Allah untukmu,?” Nabi Muhammad menjawab, “Salat lima puluh waktu dalam sehari semalam.”

“Kembalilah dan minta keringanan kepada tuhanmu, karena sungguh umatmu lemah dan tidak akan sanggup melakukannya” kata Nabi Musa. Kemudian kembalilah Nabi Muhammad menemui Allah SWT untuk meminta keringanan sampai berkali-kali sehingga salat lima puluh waktu tersebut menjadi lima waktu dalam sehari semalam. Namun pahalanya setara dengan salat lima puluh waktu.

Begitu pentingnya salat hingga perintah turunnya Allah berikan langsung di tempat yang begitu mulia yakni di Sidratul Muntaha. Nabi pun turun ke dunia dengan perintah yang sangat agung. Pesan Nabi Musa kepadanya,  “Wahai Muhammad, umatmu adalah umat yang istimewa. Sampaikan kepada mereka untuk selalu menjaga salat.”

Nabi Muhammad SAW pun kembali pulang ke Makkah diantar Malaikat Jibril dengan menggunakan Buroq. Di Masjidil Haram, para sahabat telah berkumpul. Rasulullah SAW kemudian menceritakan perjalanan luar biasa yang baru saja dialaminya. Rasulullah SAW juga menyampaikan bahwa ia menerima perintah salat lima waktu sebagai bentuk ibadah yang mendekatkan kita kepada Allah SWT.

Kesimpulan

Salat adalah hadiah dari Allah SWT melalui perjalanan istimewa ini. Mari kita jaga salat kita sebagai tanda cinta kepada Allah SWT.

Isra’ Mi’raj mengajarkan kita tentang pentingnya salat dan keimanan. Terima kasih sudah membaca kisah ini dengan khidmat. Semoga kita semua dapat memaknai kisah Isra’ Mi’raj ini dan menjadi insan yang selalu mencintai Allah dan Rasul-Nya.***(CM-MRT)

Leave a Comment