5 Kontinum Pijakan yang Konstruktif untuk Optimalisasi Perkembangan Anak

By adminbj

Pada Rapat Kerja dan Upgrading Semester 2 di SD Islam Bintang Juara, tepatnya pada hari Senin, 30 Desember 2024, Bunda Vivi Psikolog selaku Ketua Yayasan Dewi Sartika, kembali membahas kontinum pijakan. Materi ini adalah wawasan dasar yang harus dimiliki oleh para guru untuk mendukung perkembangan optimal siswa.

Mengenal Pengertian Pijakan

Pijakan adalah landasan, pondasi, atau penyangga dalam proses pendidikan anak. Lebih dari sekadar instruksi verbal, pijakan melibatkan gestur, ekspresi wajah, intonasi, dan pendekatan yang sesuai situasi.

Tujuannya adalah agar anak tidak hanya berproses tetapi juga berprogress secara konstruktif. Menariknya, dalam memberikan pijakan, bukan hanya anak yang berkembang, tetapi juga guru atau orang tua sebagai pemberi pijakan, dengan terus mengasah kepekaan membaca situasi dan kemampuan memberikan respons yang tepat.

Lima Kontinum Pijakan sebagai Dasar untuk Membangun Komunikasi Efektif dengan Anak

Bunda Vivi Psikolog menjelaskan bahwa kontinum pijakan merupakan pendekatan berkelanjutan, di mana kelima pijakan sering kali dikombinasikan. Berikut adalah uraian tentang kontinum pijakan dan aplikasinya:

lima kontinum pijakan

1. Physical Intervention

Intervensi fisik biasanya dilakukan ketika anak berada dalam situasi yang membahayakan diri sendiri atau orang lain.

    Misalnya, saat seorang anak bermain dengan benda tajam seperti gunting, guru perlu mendekati anak dan menunjukkan cara memegang gunting dengan aman. Intervensi fisik tidak selalu harus keras. .

    Contoh:

    Guru menunjukkan cara memegang gunting yang benar sambil berkata, “Lihat ya, teman-teman, cara memegang gunting yang aman seperti ini.”

    Intervensi fisik harus dilakukan secara lembut dan tegas untuk memberikan arahan yang jelas tanpa menimbulkan rasa takut. Ayah Bunda juga bisa mempraktikkan cara ini di rumah lo.

    Bunda Vivi Psikolog menyampaikan bahwa pijakan ini merupakan pijakan paling dasar. Biasa dilakukan kepada anak-anak yang kontrol dirinya belum kuat. Intervensi fisik juga meminimalisir kecenderungan guru atau orang tua mengeluarkan teriakan ketika perilaku anak tidak sesuai.

    Kata Bunda Vivi, “Teriakan yang tidak sesuai jarak hanya menandakan hati guru/ orang tua sedang berjarak dengan anak.”

    2. Directive Statement

    Pijakan ini berbentuk pernyataan langsung yang menjelaskan ciri fisik, sifat, tujuan, prosedur, dan dampak dari suatu aktivitas.

      Guru atau orang tua memberikan arahan yang detail agar anak memahami apa yang harus dilakukan dan alasannya. Pernyataan ini membantu anak mendapatkan gambaran konkret dan panduan yang jelas.

      Contoh:

      “Kalau kita meletakkan piring di atas meja dengan hati-hati, meja tidak akan basah, dan makan siang jadi lebih nyaman.”

      Pijakan ini penting untuk membangun kebiasaan baik dan pemahaman mendalam pada anak.

      3. Question

      Pertanyaan terbuka menjadi cara efektif untuk menggali pemikiran anak. Guru dan orang tua harus sabar dan tidak mudah menyerah ketika anak hanya menjawab dengan kalimat-kalimat sederhana.

        Contoh:

        “Bagaimana makan siang hari ini?”
        Anak menjawab, “Biasa saja.”
        Guru melanjutkan, “Biasa saja itu seperti apa? Apa yang kamu suka dari lauknya?”

        Dengan bertanya, guru membantu anak mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan refleksi.

        4. Non-Directive Statement

        Pijakan ini mengajak anak memperhatikan keadaan di sekitarnya tanpa memberikan instruksi langsung. Guru hanya mengarahkan perhatian anak kepada fakta atau situasi tertentu untuk memicu respons alami.

          Contoh:

          “Coba lihat, mainan yang tertinggal di lantai. Kalau tidak dirapikan, apa yang bisa terjadi?”

          Pijakan ini membantu anak belajar mengambil keputusan berdasarkan kesadaran sendiri.

          5. Visually Looking On

          Kadang, anak-anak hanya perlu diawasi dengan pandangan penuh makna untuk memberikan pemahaman apa yang harus dilakukan. Guru dan orang tua tidak perlu berkata apa-apa; cukup memperhatikan dengan serius.

            Contoh:
            Saat anak mulai ribut di kelas, guru bisa melihat mereka dengan tatapan lembut namun tegas. Sering kali, anak-anak akan menyadari kesalahan mereka tanpa perlu diingatkan secara verbal.

            Penerapan Kombinasi Kontinum Pijakan

            Kelima pijakan ini tidak berdiri sendiri. Guru dan orang tua dapat menggabungkan lebih dari satu pijakan untuk menyesuaikan situasi. Misalnya, intervensi fisik dapat diikuti dengan directive statement, atau pertanyaan dapat dilanjutkan dengan pernyataan non-direktif untuk memancing refleksi lebih lanjut.

            Pelatihan dan Simulasi untuk Guru

            Dalam sesi pelatihan, Bunda Vivi tidak hanya menyampaikan teori tetapi juga mengajak para guru melakukan simulasi. Guru dilatih untuk membaca situasi dan memberikan pijakan yang sesuai.

            Simulasi ini bertujuan untuk memperkuat pemahaman para guru tentang bagaimana membangun komunikasi efektif dengan siswa. Dengan recalling materi sebelumnya dan mempraktikkan langsung, guru dapat lebih piawai memberikan pijakan yang mendukung perkembangan anak secara optimal.

            Kesimpulan

            Kontinum pijakan adalah strategi penting dalam mendidik anak, bukan hanya di Sekolah Islam Bintang Juara, tetapi juga di manapun lokasinya. Dengan memahami dan menerapkan lima pijakan ini, guru dan orang tua dapat membantu kakak shalih-shalihah berkembang secara fisik, emosional, dan intelektual.

            Komunikasi efektif melalui pijakan yang tepat tidak hanya memengaruhi anak tetapi juga memperkaya pengalaman guru dan orang tua dalam mendidik. Inilah yang menjadi landasan kuat bagi Sekolah Islam Bintang Juara untuk terus mendukung pembentukan karakter kakak shalih-shalihah.

            Semoga materi ini dapat menginspirasi para pendidik dan Ayah Bunda untuk terus belajar dan berkembang bersama anak-anak!*** (CM-MRT)

            Leave a Comment